Friday, September 11, 2015

LPDP - Part 1

Penantian mendebarkan akhirnya berakhir sudah (setidaknya untuk tahap ini, next masih banyak fase yang harus dilewati). Setidaknya itulah yang saya rasakan hari ini, “Lega”. Sudah 2 minggu terakhir saya berkali-kali mengunjungi laman LPDP, berharap-harap cemas mengenai pengumuman kelulusan seleksi subtantif gelombang III LPDP. Saya set akun Facebook dan Twitter LPDP sebagai akun favorit sehingga ketika ada post baru dari LPDP, saya akan mendapatkan notifikasi. Di minggu pertama penantian pengumuman, saya merasa sangat takut, bahkan notifikasi twitter dari LPDP yang isinya ternyata retweet awardee’s success story sudah bisa bikin dengkul saya lemes. Saya takut sekali gagal, ketika melihat teman-teman saya mampu dan saya merasa “harusnya saya juga mampu” dan ketika segala pengorbanan yang saya lakukan selama ini ternyata harus hilang sia-sia. Membesarkan hati pun rasanya tak cukup, pokoknya saya ngga mau terbesit di otak saya kata-kata “kalau gagal gimana?”. Lama-lama capek juga kalau harus kepikiran terus, di minggu kedua penantian pengumuman saya mulai merasa “whatever, nothing to lose, etc”. Tepat di tanggal 10 September (seperti yang dijadwalkan pihak LPDP), setelah jam istirahat siang, saya membaca posting LPDP di Facebook bahwa hasil seleksi subtantif sudah bisa dilihat di akun LPDP masing-masing peserta. Saya segera tekan tombol F5 untuk merefresh laman akun LPDP yang sudah saya buka sejak pagi di PC kantor saya, dan taadaa… (drum roll please) “Anda Lulus Seleksi Wawancara”. 

Jika kembali ke saat pertama saya mendaftar, sangat banyak proses yang saya kerjakan, tapi semuanya berjalan singkat dan padat, seperti dikejar waktu dan deadline. Sebagai PNS di Kemenkeu, perkara melanjutkan sekolah ada aturannya, ngga bisa sembarangan. Kami baru boleh mengajukan permohonan ijin belajar paling cepat 2 tahun sejak tanggal yudisium pendidikan terakhir. Masa tunggu 2 tahun saya berakhir di tanggal 28 Juni 2015, dan segera setelah itu saya mencari informasi beasiswa untuk studi S2 saya yang saat itu tersedia. Saya ingin sekali studi di Inggris karena banyak hal: program studi dan kampus yang dimiliki, keindahan kota-kotanya, aksen bahasanya. Beasiswa yang mungkin dapat mengantar saya ke Inggris adalah LPDP, atau Chevening. LPDP waktu itu sedang on going penerimaan pendaftaran untuk gelombang tiga (28 April – 24 Juli), sementara Chevening baru buka pendaftaran di bulan Agustus. Meski agak ragu dengan sisa waktu yang saya miliki, saya bertekad untuk mendaftar beasiswa LPDP.

Dengan sisa waktu kurang dari 1 bulan, saya langsung mulai mengumpulkan syarat demi syarat yang diminta oleh LPDP. Syarat pendaftaran beasiswa magister LPDP yaitu (saya copas dari booklet yang bisa didownload di laman LPDP):

1. Usia maksimum pelamar pada 31 Desember di tahun pendaftaran adalah 35 (tiga puluh lima) tahun,
2. Telah menyelesaikan studi pada program sarjana/sarjana terapan dan tidak berlaku bagi mereka yang telah menyelesaikan program magister baik dalam maupun luar negeri.
3. Mempunyai Letter of Acceptance (LoA) Unconditional dari Perguruan Tinggi tujuan yang ada dalam daftar LPDP.
4. Jika tidak memiliki LoA Unconditional (a.3), pendaftar wajib memiiki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimum 3,00 pada skala 4 dan memiliki dokumen resmi bukti penguasaan bahasa Inggris yang diterbitkan oleh ETS (www.ets.org) atau IELTS (www.ielts.org) yang masih berlaku atau bahasa asing lainnya yang ditentukan LPDP:
a. Untuk studi program Magister di dalam negeri, skor minimal: TOEFL ITP® 500/iBT® 61/IELTS™ 6,0/TOEIC® 600.
b. Untuk studi program Magister di luar negeri, skor minimal: TOEFL ITP® 550/TOEFL iBT® 79/ IELTS™ 6,5/TOEIC® 750.
c. Butir a) dan b) dikecualikan bagi mereka yang menyelesaikan pendidikan tinggi yang menggunakan bahasa pengantar akademik bahasa Inggris atau bahasa internasional yang diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Duplikat ijasah digunakan sebagai pengganti persyaratan TOEFL, dengan masa berlaku 2 (dua) tahun sejak ijasah diterbitkan.
d. Untuk studi program Magister di luar negeri pada Perguruan Tinggi yang bahasa pengantar akademiknya non-bahasa Inggris atau bahasa internasional yang diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dapat menyesuaikan dengan persyaratan kemampuan bahasa yang berlaku.
5. Jadwal rencana perkuliahan dimulai paling cepat 6 (enam) bulan setelah penutupan pendaftaran di setiap periode seleksi.
6. Sanggup menyelesaikan studi program magister sesuai masa studi yang berlaku, paling lama 2 (dua) tahun,
7. Memiliki dokumen resmi TPA/GRE/GMAT/LSAT (jika ada),
8. Menulis rencana studi sesuai program studi magister pada perguruan tinggi tujuan.

Untunglah 3 bulan sebelumnya, di bulan April 2015, saya iseng-iseng ikut tes TOEFL ITP, ternyata berguna juga buat daftar LPDP di waktu yang mepet begini. Nah selain syarat di atas, pelamar juga harus membuat akun LPDP dan mengisi formulir pendaftaran secara online, dan mengunggah/ upload dokumen-dokumen persyaratan pendaftaran, antara lain:

1. Ijazah Sarjana (S1)
2. Transkrip Nilai Sarjana (S1)
3. Rencana Studi
4. Sertifikat Bahasa Asing yang diakui LPDP dan masih berlaku
5. Surat Pernyataan 
6. Surat Ijin Belajar
7. Surat Rekomendasi 
8. LOA Conditional / Unconditional yang masih berlaku (jika ada)
9. Kartu Tanda Penduduk (KTP)
10. Surat Keterangan Berbadan Sehat dan Bebas Narkoba dan ditambahkan Surat Keterangan Sehat Bebas dari Tuberculosis (TBC) bagi yang ingin studi ke luar negeri.

Pokoknya keterangan lengkapnya ada di booklet yang bisa diunduh di laman LPDP. Tips: Baca dengan seksama isi booklet, setiap langkah yang diperintahkan jangan sampai ada yang kelewat. Format surat pernyataan, surat ijin belajar, surat rekomendasi, struktur isi esay, struktur isi rencana studi, semuanya sudah dijelaskan di booklet.

Langkah pertama yang saya lakukan adalah: membuat akun LPDP. Sebenarnya saya sudah pernah mencoba buat akun LPDP beberapa bulan sebelumnya (di bulan April 2015), tapi ternyata waktu itu setiap saya klik simpan pendaftaran, selalu gagal. Saya coba kirim email ke pengaduan LPDP, namun tidak ada balasan. Jadilah saya tinggalkan LPDP untuk beberapa saat. Di bulan Mei 2015 kemudian saya telpon ke LDPD (susah banget masuknya, antrian tunggunya lama bisa sampe 10 menit tanpa dapat sambungan), dan petugas menginformasikan memang beberapa waktu lalu terdapat gangguan akibat traffic, tapi sekarang sudah beres dan saya diminta untuk mencoba kembali mendaftar akun LPDP. Benar, akhirnya saya sukses mendaftar akun LPDP. Pesan: Buat akun LPDP jauh-jauh hari untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Langkah kedua yang saya lakukan adalah: mengajukan permohonan ijin belajar ke institusi. Institusi tempat saya bekerja termasuk “ribet”, atau maksudnya “ketat”, dalam mengatur ijin belajar pegawainya. Kalau mau beasiswa dan tugas belajar saya diakui oleh institusi, maka saya wajib mendapatkan surat ijin belajar terlebih dahulu sebelum saya mendaftar dan menerima beasiswa dan melaksanakan studi. Saya coba menghubungi unit di kantor pusat yang menangani ijin belajar dan menanyakan prosedur-prosedur pengajuannya. Kemudian saya diberi sejumlah formulir dan surat yang harus saya buat, dan melampirkan sejumlah persyaratan sesuai dengan PMK18/2009, yang kemudian harus saya kirim ke kantor pusat (pake JNE yang YES) untuk memperoleh surat ijin belajar tersebut. Syukurlah, petugas di kantor pusat yang menangani permohonan tugas belajar sangat tanggap dan cekatan dalam merespon dan sangat membantu, sehingga scan surat ijin belajar (surat yang asli dikirim via pos dan nyampenya ternyata lamaaa) bisa saya terima sebelum deadline pendaftaran beasiswa gelombang III LPDP, dan bisa langsung saya upload ke laman LPDP. Pesan: dapatkan informasi selengkap-lengkapnya mengenai prosedur permohonan surat ijin belajar dengan bertanya langsung pada sumbernya, dan jangan mepet-mepet ngajukannya, supaya ada waktu untuk proses korespondensi dan persetujuan di kantor pusat.

Langkah ketiga: untuk menghemat waktu, tahap ini saya lakukan bersamaan dengan langkah kedua (meskipun agak gambling bagaimana kalau permohonan ijin belajar saya ternyata ditolak): yaitu mendapatkan Surat Keterangan Berbadan Sehat, Bebas Narkoba dan Surat Keterangan Sehat Bebas dari Tuberculosis (TBC) dari Rumah Sakit Pemerintah (a.k.a di kota saya tinggal adalah RSUD Dr. Syaiful Anwar Malang). Tahap ini juga memakan waktu yang lumayan lama dan melelahkan, apalagi kalau ngurusnya di RSUD besar seperti RSUD Dr. Syaiful Anwar Malang, pasiennya banyaaaaaaaaaaaak dan datang dari berbagai kota dan kabupaten :D. Baru masuk ke ruang pendaftaran pasien saja udah bisa bikin keder ngeliat antriannya, apalagi semrawut karena banyak yang ngga disiplin. Saya juga sempet bingung mengenai prosedur permintaan surat keterangan berbadan sehat ini, karena tidak ada bagan yang menjelaskan alurnya, dan harus ke loket mana pun saya tak tau, hahaha. Setelah berhasil mendapatkan giliran di loket pendaftaran, saya disuruh untuk ke poli GCU. Di sana pun banyak sekali yang ngantri, kebanyakan mahasiswa baru (bulan Juli musim penerimaan mahasiswa baru) yang sama-sama mengurus surat keterangan berbadan sehat. Untung dokter-dokternya ramah-ramah dan cekatan juga. Ternyata, saya adalah kloter terakhir yang mengurus surat keterangan berbadan sehat untuk tujuan mendaftar LPDP, katanya sudah banyak yang mengajukan surat keterangan berbadan sehat  buat LPDP juga, kata seorang petugas di GCU. Haduh, informasinya malah makin bikin gugup dan ga pede. Hasil tes baru bisa saya dapatkan 2 hari kemudian (tes mantoux hasilnya baru bisa dilihat 2-3 hari kemudian). Biaya seluruhnya kira-kira habis Rp450.000 dan ga bisa discover pake BPJS, hahaha. Tips: cari hari sepi GCU, misalnya jangan bersamaan dengan musim pendataran mahasiswa baru. Oh iya, untuk tes narkoba, dokternya selalu akan tanya: habis minum obat? Saran saya, jaga kesehatan dan hindari minum obat sebelum tes narkoba.

Langkah keempat: setelah scan surat ijin belajar dari kantor pusat dan surat keterangan berbadan sehat dari Rumah Sakit Pemerintah saya dapatkan, saatnya membuat surat pernyataan (sesuai format LPDP), dan surat rekomendasi dari atasan/ Kepala Kantor (sesuai format LPDP), lalu saya ajukan ke pimpinan saya. Alhamdulillah, respon beliau sangat baik. Bukan hanya surat rekomendasi yang diberikan ke saya, tapi tips dan wejangan juga beliau pesankan untuk saya. Beliau berpesan agar saya tidak malu-malu dalam mengungkapkan kelebihan dan potensi yang saya miliki dalam esay yang saya tulis dan dalam wawancara nanti. Tips: jaga hubungan baik dengan kepala kantor, menunjukan kinerja yang baik serta aktif di banyak kegiatan di kantor bisa memberi nilai tambah.

Langkah kelima: menulis esay. Jangan diremehkan perkara menulis esay. Esay yang kita tulis akan banyak ditanyakan di sesi wawancara, jadi tulislah sejujur-jujurnya dirimu, jadilah dirimu, jangan menjadi orang lain, supaya ngga gelagapan kalau ditanya nanti di wawancara. Kalau saya, setiap ada ide yang terlintas di kepala, langsung saya tulis di notes di ponsel saya, biar ngga lupa. Jadi, saya sudah punya bayangan mengenai esay yang hendak saya tulis dari bahan yang sudah saya kumpulkan di setiap waktu. Ada 3 essay yang harus kita tulis, yaitu: 

1. Sukses terbesar dalam hidupku.
2. Kontribusiku bagi Indonesia
3. Rencana studi

Mengenai kerangka isi esay, booklet sudah memberikan panduannya apa yang harus kita tulis, jadi tidak terlalu meleceng jauh dan arah penulisannya supaya seragam (barangkali demikian?). Pelamar diwajibkan menulis 500-700 kata untuk setiap esay. Lebih baik menulis banyak kemudian disarikan, daripada kekurangan kata-kata. Meskipun demikian, mengurangi kata-kata di esay bukan perkara mudah dan butuh banyak waktu, jadi jangan mepet-mepet untuk menyiapkan esay dan menguploadnya di laman LPDP! Jangan baru mengupload esay di detik terakhir deadline, karena mungkin saja tulisan kita dianggap terlalu banyak atau terlalu sedikit, dan kita masih butuh waktu untuk mengeditnya. Satu lagi, dalam menulis esay rencana studi, kenalilah bidang studi dan kampus yang hendak kamu ambil sebaik-baiknya, dari mulai persyaratan untuk mendaftar di program tersebut, mata kuliah-mata kuliah yang akan diambil, sampai kegiatan-kegiatan lain di luar kampus yang tersedia dan hendak kamu ikuti. Tips: sudah dijelaskan ya.

Langkah keenam: setelah semua persyaratan lengkap, tinggal diupload, klik submit pendaftaran, dan tunggu notifikasi selanjutnya, apakah kita lulus seleksi administrasi atau tidak.

#Berhubung sekarang sudah jam 2 pagi dan nanti jam 7.30 saya harus bekerja, bagian kedua tulisan ini akan saya lanjutkan esok hari, insyaallah.